Pengalaman Pertamaku Scalping Saham: Antara Deg-degan dan Ketagihan

Table of Contents

 


Pengalaman Pertamaku Scalping Saham: Antara Deg-degan dan Ketagihan


Aku mau cerita...

Jadi gini, aku termasuk orang yang suka coba-coba hal baru, apalagi yang berbau keuangan. Dulu, aku pikir main saham itu ya cukup beli, tunggu naik, jual—udah gitu aja. Tapi ternyata ada dunia yang lebih "ngebut" dan bikin jantung deg-degan: scalping.

Waktu itu aku kenal istilah scalping gara-gara liat salah satu YouTuber saham yang sering update portofolio harian. Katanya, bisa cuan dalam hitungan menit. Wah, aku yang waktu itu masih pemula banget, langsung penasaran dong.


Apa Itu Scalping Saham? (versiku ya...)

Buat kamu yang masih baru juga di dunia persahaman, scalping itu sederhananya beli dan jual saham dalam waktu sangat singkat. Bisa cuma 5–15 menit, atau bahkan kurang. Targetnya? Cuan tipis, tapi cepat. Biasanya trader scalper ngincer pergerakan harga kecil, 1–3% aja udah cukup.

Tapi jangan salah, justru karena kecil itu makanya sering dilakukan berulang-ulang dalam sehari. Istilahnya, "tipis-tipis tapi sering". Nah, dari sini aku udah mulai ngerasa, ini butuh fokus, mental, dan strategi sih.


Persiapan Sebelum Terjun

Aku nggak langsung nyemplung tanpa persiapan ya. Setidaknya selama 2 minggu aku:

  • Nonton video-video scalping lokal dan luar negeri
  • Baca-baca forum seperti Stockbit dan Reddit
  • Coba paper trading alias simulasi dulu

Terus terang, waktu pertama lihat chart 1 menit, kepala aku langsung puyeng. Candlestick naik turun kayak roller coaster. Tapi ya, makin dilihat, makin ketagihan. Akhirnya aku siapin modal kecil dulu, sekitar 2 jutaan, buat scalping beneran. Anggap aja uang belajar.


Hari Pertama: Tangan Gemeter, Jantung Lari Maraton

Hari pertama aku scalping beneran, target aku adalah saham yang likuid dan sering digerakin trader: BBCA dan TLKM. Aku pantau volume dan pergerakan bid-offer pakai aplikasi sekuritas favoritku.

Aku beli BBCA pas harga mantul dari support minor (istilah ini aku baru paham setelah nonton beberapa video analisa teknikal). Niatnya mau jual kalau naik 2%. Eh beneran naik, tapi aku malah nunggu lebih tinggi... akhirnya turun lagi.

Akhirnya aku jual rugi 0,5%. Gila sih, deg-degannya bukan main. Ternyata teori dan praktek tuh beda banget.


Kesalahan-Kesalahan yang Aku Pelajari

Jujur aja, selama 2 minggu pertama scalping, hasil aku lebih banyak minusnya. Tapi dari situ aku dapet banyak pelajaran:

1. Nggak Punya Rencana Jelas = Bunuh Diri

Awalnya aku cuma ikut-ikutan market. Lihat saham yang naik, langsung ikut beli. Nggak mikir support, resistance, atau strategi keluar. Ini fatal. Setelah itu, aku mulai bikin plan: beli di harga segini, target profit segini, cut loss segini. Harus disiplin.

2. Jangan Serakah

Pernah satu kali aku udah untung 3% dalam waktu 10 menit. Tapi aku tunggu terus, mikirnya “ah bentar lagi naik lagi deh”. Eh... dibanting. Akhirnya malah minus. Sejak itu aku belajar: ambil untung secukupnya, jangan rakus.

3. Emosi itu Musuh Terbesar

Aku pernah revenge trading alias balas dendam setelah rugi. Wah ini sih mimpi buruk. Emosi bikin semua strategi buyar. Jadi sekarang kalau lagi bad mood atau kondisi market nggak jelas, aku lebih baik off dulu.


Tools yang Ngebantu Banget

Scalping tuh nggak bisa cuma modal nekat. Aku pakai beberapa tools:

  • Chart 1 menit dan 5 menit (buat lihat momentum jangka pendek)
  • Volume analysis (cek apakah ada akumulasi distribusi)
  • Order book (bid-offer) (buat tahu kekuatan beli/jual)
  • Kadang-kadang juga pakai indikator MACD dan Bollinger Band, tapi simpel aja

Aku juga pakai aplikasi yang punya fitur fast buy/sell. Ini penting banget karena waktu itu berharga banget pas scalping.


Hasil Akhir: Worth It Nggak Sih?

Selama 1 bulan aku serius scalping, hasilnya... aku break even. Kadang untung, kadang rugi, tapi paling nggak aku belajar banyak banget. Dan yang paling penting, aku tahu bahwa scalping itu bukan untuk semua orang.

Kamu harus:

  • Punya waktu luang (karena harus pantau terus)
  • Cepat ambil keputusan
  • Disiplin banget soal cut loss
  • Nggak gampang panik atau terbawa emosi

Kalau kamu tipe orang yang santai dan nggak suka deg-degan, mending hindari scalping. Tapi kalau kamu suka tantangan, boleh banget dicoba. Tapi ya inget, modal belajar jangan gede-gede dulu.


Jadi, Bakal Scalping Lagi?

Hmm... sekarang aku lebih suka swing trading atau hold beberapa hari. Tapi kadang kalau lagi senggang dan market rame, aku suka balik scalping juga, buat nostalgia dan jaga skill aja.

Kalau kamu tertarik scalping, saran aku: belajar dulu, simulasikan, dan mulailah dari kecil. Jangan termakan cerita "cuan cepat", karena di balik itu semua ada tekanan mental yang nggak main-main.

Kamu sendiri gimana? Pernah coba scalping juga? Atau malah baru mau mulai? Yuk cerita di kolom komentar, siapa tahu kita bisa saling sharing strategi 😄



Posting Komentar